Rorano, Ramuan Apotek Alam

oleh -469 Dilihat
oleh

Oleh: Arifin Muhammad Ade (Penulis Buku Narasi Ekologi)

“Para dokter menjaga orang-orang sakit; orang-orang sehat dijaga oleh alam. Daripada menjadi sakit dan kemudian menjadi terikat di dalam diet alami agar menjadi sehat, seseorang sebaiknya hidup dalam lingkungan alami sehingga sakit tidak muncul”    ̶ Masanobu Fukuoka  ̶

Kutipan sepenggal kalimat di atastertulis dalam bukuThe One Straw Revolution: An Introduction to Natural Farming(terj: Revolusi Sebatang Jerami: Sebuah Pengantar Untuk Pertanian Alami, 2019).Sebuah buku karangan Masanobu Fukuoka yang mengulas praktik pertanian tradisional di Jepang, suatu metoda pertanian alamiah yang dapat membantu memulihkan daya merusak pertanian modern.

Terkait dengan kesehatan seseorang, Fukuoka menjelaskan bahwa sakit datang bila orang tersebut memisahkan diri dari alam. Kehebatan penyakit itu berbanding langsung dengan derajat pemisahan. Jika seseorang yang menderita sakit kembali ke sebuah lingkungan yang sehat seringkali penyakitnya akan hilang. Bila pengasingan diri dari alam menjadi ekstrem, jumlah orang yang sakit akan semakin meningkat.

Uraian di atas mengisyaratkan bahwamanusia adalah produk evolusi di alam, maka manusia secara genetik terdorong untuk mencari dan menghargai lingkungan alam. Terputusnya hubungan dari dunia alam tempat kita berevolusi akan menghasilkan berbagai gejala psikologis, bahkan dapat menimbulkan penyakit. Sehingga kembali ke alam (back to nature) dengan memanfaatkan sumber daya alam sebagai metode pengobatan kembali menjadi trend dan gaya hidup baru.

Senada dengan Fukuoka, penulis buku Last Child in the Woods, Richard Louv (2005), mengatakan bahwa dulu subjek ini – hubungan alam dan manusia – sangat diabaikan oleh dunia akademik. Tetapi sekarang riset yang meneliti tentang hubungan alam dan manusia jumlahnya terus meningkat dan semuanya mengarah pada satu kesimpulan: Alam bukan hanya nyaman untuk dinikmati, tetapi adalah suatu elemen yang wajib untuk kesehatan dan fungsi kognitif manusia.

Berbicara terkait hubungan alam dan manusia, utamanya dalam hal kesehatan, terdapat  pendekatan tradisional sebagai bagian dari terapi alternatif,yang dapat diarahkan untuk menciptakan masyarakat yang sehat secara menyeluruh, baik secara fisik, psikis, mental dan spiritualnya. Dalam penerapannya pun pengobatan tradisional berkembang menjadi pelayanan kesehatan tradisional empiris, yang manfaat dan keamanannya terbukti secara empiris.

Dalam pengobatan tradisional, pemanfaatan beragam flora dan fauna yang tersedia di alam untuk mendukung upaya penyembuhan sebuah penyakit. Walaupunmenurut pandangan medis, hilangnya gejala tidak cukup untuk menyatakan kesembuhan, perlu dilakukan evaluasi dan pemeriksaan ulang terhadap penyakit yang diderita. Tetapi, masyarakat di era modern tidak seluruhnya percaya terhadap pengobatan medis yang berdasar ilmiah.

Kenyataannya pada saat ini, perkembangan praktik-praktik pengobatan medis baik yang dikelola oleh lembaga pemerintah maupun swasta selalu diiringi dengan perkembangan praktik-praktik pengobatan tradisional. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya pengobatan tradisional yang masih tetap hidup dan menjadi model pengobatan alternatif dalam masyarakat (Sumirat dkk, 2015).

Rorano dalam Konteks Culture dan Nature

Pengobatan medis selama ini dianggap sebagian kalangan banyak menggunakan obat-obat kimia tak alami yang tidak baik bagi tubuh.Hal ini mendorong sebagian mereka untuk menjalani pengobatan tradisional yang terkesan lebih aman dan alami. Selain itu, pengobatan medis cenderung membutuhkan biaya  yang tak sedikit, berbeda dengan pengobatan tradisional yang menawarkan biaya murah serta tanpa efek samping.

Fenomena inilah yang membuat kebanyakan masyarakat mengalihkan perhatian mereka pada metode pengobatan tradisional. Terutama di Maluku Utara, warga setempat kerap memanfaatkan ramuan-ramuan tradisional yang berasal dari tumbuh-tumbuhan sebagai media pengobatan alternatif.

Adalah rorano, salah satu sebutan atau istilah lokal terhadap berbagai jenis tanaman dan tumbuhan juga hewan sebagai ramuan obat tradisional. Teknik pembuatannya pun cukup sederhana dan terbilang unik. Singkatnya, rorano adalah cara pengobatan berbagai jenis penyakit yang diwariskan para leluhur dengan memanfaatkan keragaman flora dan fauna.

Dilansir klikhijau.com (12/2019), proses pengambilan rorano mencerminkan eko-religius masyarakat Maluku Utara secara umum yang tak berhenti sampai pada siloloa (meminta izin). Bahan mentah rorano yang terkumpul biasanya langsung dihaluskan kemudian diseduh dengan air, ada pula yang dimasak. Jika telah siap, rorano hasil seduhan air atau yang sudah dimasak, kemudian diberi mantra dan rangkaian doa tertentu untuk menambah kemujaraban rorano.

Maluku Utara sebagai jantung zona Wallace yang kaya akan keragaman flora dan fauna, juga keunikan budaya yang beragam. Hal ini tentunya melahirkan berbagai pengetahuan lokal sekaligus menjadi aset paling berharga untuk menunjang kesehatan manusia. Karena bagaimana pun, perjalanan peradaban telah mencatat bahwa cara-cara pengobatan tradisional yang bersumber dari alam, serta diwariskan dan dipraktikkan masyarakat sampai saat ini pun terbilang sangat ekologis.

Terkait ramuan rorano, sistem pengobatan tradisional khas Maluku Utara ini merupakan fenomena sosial budaya. Karena rorano merupakan produk budaya yang berhubungan dengan kesehatan. Dalam kajian ethnomedicine, menurut Krippner (2003), hal ini merujuk pada praktik pengobatan tradisional yang berkaitan dengan interpretasi budaya terhadap kesehatan, penyakit, sakit, cara penanganan dan praktik penyembuhan.

Dengan kata lain, keterampilan dan kemampuan masyarakat lokal di Maluku Utara dalam memanfaatkan berbagai jenis flora dan fauna sebagai obat dan meramunya menjadi obat dengan berdasar pada kearifan lokal termasuk sebuah kecerdasan ekologi (ecological intelligence). Kemampuan ini adalah kolaborasi yang tercipta dari adanya kearifan lokal dan kebiasaan masyarakat dalam memanfaatkan keanekaragaman tumbuhan yang ada.

Rorano, Obat Beragam Penyakit

Pengetahuan masyarakat lokal di Maluku Utara mengenai pengobatan secara tradisional, terutama bahan bakunya berasal dari alam dapat dibilang sangat kaya dan beragam.Penggunaan ramuan tradisional atau rorano misalnya, selain menjaga dan memulihkan kesehatan, juga dimanfaatkan untuk menyembuhkan suatu penyakit.

Berbagai penelitian terkait ramuan tradisional yang berasal dari tumbuhan juga telah banyak dilakukan. Misalnya, penelitian terkait Etnofarmakologi Tumbuhan Miana (Coleus scutellariodes) pada masyarakat Halmahera Barat (Wakhidah&Silalahi, 2018). Pemanfaatan rorano untuk mengobati penyakit malaria (Tamalene dkk, 2019), hinggamanfaat rorano untuk percepat proses persalinan pada etnik Ternate(Astri&Alhadar, 2018)

Adapun penelitian tentang kearifan lokal dalam pemanfaatan tumbuhan obat oleh masyarakat di sekitar Taman Nasional Aketajawe Lolobata (Nurrani dkk, 2015). Dalam penelitian tersebut, setidaknya diidentifikasi 29 jenis tumbuhan yang dapat dimanfaatkan untuk pengobatan alergi dan luka ringan, 17 jenis tumbuhan untuk peningkatan stamina tubuh, serta 32 jenis untuk pengobatan penyakit dalam dan kronis.

Tentunya, masih banyak sekali potensi keragaman flora dan fauna yang dapat dimanfaatkan sebagai media pengobatan alternatif, tetapi belum sepenuhnya dieksplorasi untuk mengetahui khasiatnya.

Demikian,rorano sebagai media pengobatan tradisional berbasis ramuan yang selama ini dipraktikkan para leluhur kita, semestinya tidak harus dikesampingkan. Minimal adanya studi lebih lanjut untuk mempelajari praktik-praktik pengobatan tradisional yang lahir dari pengetahuan-pengetahuan lokal (local knowledge) masyarakat setempat, sehingga bisa di terima khalayak umum dalam jangkauan yang lebih luas.