TERNATE# – Sebanyak 343 penderita kusta di Kota Ternate mendapat bantuan berupa santunan dan zakat dari Yayasan Sayid Hasan Bin Abubakar Al-Attas Azzabidi.
Yayasan milik Habib Abubakar ini juga menyerahkan santunan untuk penderita kusta di delapan puskesmas yang tersebar di wilayah Kota Ternate
Penyerahan santunan ini diserahkan langsung oleh Habib Abubakar Bin Al Attas Azzabidi dan Wali Kota Ternate M Tauhid Soleman, Selasa (11/3/2025) di Sentra Wasana Bahagia, Kelurahan Kalumata.
Ketua Yayasan Sayid Hasan Bin Abubakar Al Attas Azzabid, Muhammad Alhabsy mengatakan, sudah 45 tahun Habib Abubakar memberikan santunan kepada masyarakat Malut dan Provinsi lain. Hari ini sebanyak 343 orang diberikan santunan, per orang diberikan sebesar Rp1 juta.
“Habib Abubakar memberikan santunan yang sama di masyarakat seperti Banjarmasin, Makassar, Jakarta dan Indonesia wilayah timur. Anggaran yang disediakan sebesar Rp3 – Rp7 miliar bukan hanya penderita kusta, tapi HIV dan cacat di daerah Halut serta Halsel,” katanya Muhammad.
Sementara Wali Kota Ternate, M Tauhid Soleman menyampaikan terima kasih kepada Mufti Kesulatan Ternate yang sudah 45 tahun melaksanakan kegiatan jariyah khususnya di Malut.
“Banyak manfaat yang didapatkan warga kami para penderita dan mantan penderita, ini sekaligus bagian amal kita di bulan suci Ramadan di puasa ke-11 melaksanakan kegiatan yang penuh hikmah dan semoga selalu dalam lindungan Allah SWT,” jelasnya.
Lanjut Tauhid, semoga santunan ini ada manfaatnya, terutama kebutuhan di bulan suci Ramadan.
Sementara, Habib Abubakar mengatakan, dana yang diberikan ini untuk kaum duafa penderita kusta, penderita HIV, tuna rungu, cacat itu sudah berjalan selama 45 tahun, tanpa ada bantuan pemerintah.
“Dari 45 tahun yang lalu dari mulai Ternate sebagai kabupaten sampai menjadi gubernur juga tidak ada bantuan Bupati dan tokoh – tokoh kesultanan dan masyarakat,” tuturnya.
Saat disentil alasan Habib Abubakar memberikan santunan ini, kata dia ia dari keluarga miskin dan tahu nilai kelaparan. Jadi disitu ia bisa dapat melihat orang yang perlu dibantu.
“Saya dari keluarga miskin, saya tahu harga nilai kelaparan. Saya kuliah di Mesir dengan susah payah, jadi disitu saya dapat melihat orang yang perlu dibantu. Sejak saat itu saya cari caranya bagaimana bisa membantu orang,” pungkasnya.